Tuesday, December 22, 2009

Awliyah at Bali

I am sorry for the article below is written in Bahasa Indonesia which was shared with me by a good friend name Yakub Ramdoni from Indonesia. may Allah bless him. InshaAllah will take time to translate this in the near future. Its amazing to know there are Islamic Saints in Bali which is a popular area for majority Hindus. Below are simplified biography of the Saints in Bali.

Awliyah di Bali


SAB’ATUL AULIYA’ - WALI PITU DI BALI


Ada beberapa informasi yang menyatakan bahwa Islam sudah masuk di Bali pada abad 15 M. Ini dibuktikan, pada saat Dalem Ketut Ngelesir menjabat sebagai raja Gelgel ke I (1380-1460 M) pernah mengadakan kunjungan ke kraton Majapahit, saat itu Raja Hayam Wuruk mengadakan konfrensi kerajaan seluruh Nusantara. Setelah acara tersebut selesai, Dalem Ketut Ngelesir pulang kenegerinya (Bali) dengan diantar oleh empat puluh orang dari Majapahit sebagai pengiring, yang konon diantara mereka terdapat Raden Modin dan Kyai Abdul Jalil. Peristiwa ini dijadikan sebagai patokan masuknya Islam di Bali yang berpusat di kerajaan Gelgel. Sejak itu Agama Islam mulai berkembang di Bali, dan terus demikian hingga saat ini, banyak terdapat makam-makam Islam di sana . Demikian juga terdapat makam para Da’i, ulama dan pemuka Islam yang pada masa hidupnya dikaruniai Allah Swt Karomah, sehingga makam-makam mereka juga dihormati, oleh ummat Islam khususnya maupun juga orang-orang Bali yang mayoritas beragama Hindu. Dari sekian banyak makam auliya’ di Bali, ada tujuh makam yang sangat menonjol yang terkenal dengan Sab’atul Auliya’ (wali pitu). Diantara wali pitu tersebut adalah :

I - KERAMAT PANTAI SESEH (Pangeran Mas Sepuh) Pangeran Mas Sepuh merupakan gelar, nama sebenarnya adalah ,Raden Amangkuningrat yang lebih terkenal dengan Keramat Pantai Seseh. Ia merupakan Putra Raja Mengwi I yang beragama Hindu dan Ibunya berasal dari Blambangan (Jatim) yang beragama Islam. Sewaktu kecil beliau sudah berpisah dengan ayahandanya dan diasuh oleh ibundanya di Blambangan. Setelah dewasa Pangeran Mas Sepuh menanyakan kepada ibunya mengenai siapa ayahandanya itu. Setelah Pangeran Mas Sepuh mengetahui jati dirinya, maka ia memohon izin pada ibunya untuk mencari ayah kandungnya, dengan niat akan mengabdikan diri. Semula sang ibu keberatan, namun akhirnya diizinkan juga Pangeran Mas Sepuh untuk berangkat ke Bali dengan diiringi oleh beberapa Punggawa Kerajaan sebagai pengawal dan dibekali sebilah keris pusaka yang berasal dari Kerajaan Mengwi. Namun, setelah bertemu dengan ayahnya, terjadilah kesalahpahaman, karena baru sekali ini mereka berdua bertemu. Akhirnya Pangeran Mas Sepuh beranjak pulang ke Blambangan untuk memberitahu ibunya tentang peristiwa yang telah terjadi. Namun dalam perjalanan pulang, sesampainya di Pantai Seseh, Pangeran Mas Sepuh diserang sekelompok orang bersenjata yang tak dikenal, sehingga pertempuran tak dapat dihindari lagi. Melihat korban berjatuhan yang tidak sedikit dari kedua belah pihak, keris pusaka milik Pangeran Mas Sepuh dicabut dan diacungkan ke atas, seketika itu ujung keris mengeluarkan sinar dan terjadilah keajaiban, kelompok bersenjata yang menyerang tersebut mendadak lumpuh, bersimpuh diam seribu bahasa. Pangeran Mas Sepuh setelah mengetahui hal tersebut berkata : "Hai Ki sanak mengapa kalian menyerang kami dan apa kesalahan kami ? Mereka diam tak menjawab, akhirnya diketahui kalau penyerang itu masih ada hubungan kekeluargaan, hal ini dilihat dari pakaian dan juga dari pandangan bathiniyah Pangeran Mas Sepuh. Akhirnya keris pusaka dimasukkan kembali dalam karangkanya, dan kelompok penyerang tersebut dapat bergerak dan kemudian memberi hormat kepada Pangeran Mas Sepuh. Tidak lama setelah kejadian tersebut, Pangeran Mas Sepuh meninggal dunia dan di makamkan di tempat itu juga. Dan sampai sekarang makamnya terpelihara dengan baik dan selalu diziarahi umat Islam dari berbagai wilayah di nusantara. Perlu diketahui bahwa proses ditemukannya Makam Keramat Pantai Seseh dimulai sejak pertama jamaah manaqib yang ada di Bali mendapat petunjuk, yaitu pada Bulan Muharam 1413 H atau 1992 M yang kemudian ditemukan juga makam keramat yang lain :

II -.Makam Keramat Pamecutan bernama Dewi Khodijah atau Ratu Ayu Anak Agung Rai berada di Jalan Batu Karu Pamecutan.

III- Makam Pangeran Sosrodiningrat Senopati dari Mataram berada di Ubung dekat terminal bus Denpasar.
Adapun sejarah Makam keramat Pamecutan Dewi Khodijah dapat diuraikan sebagai berikut; Dewi Khodijah adalah nama setelah berikrar masuk Islam. Nama aslinya adalah Ratu Ayu Anak Agung Rai, beliau adalah adik perempuan Raja Pamecutan Cokorda III yang bergelar Batara Sakti yang memerintah sekitar Tahun 1653 Masehi. Diceritakan pada waktu Raja Pamecutan berperang, salah seorang prajurit dapat menahan seorang berkelana di Daerah Tuban Kecamatan Kuta Kabupaten Badung Bali . Orang yang ditahan tersebut diduga menjadi telik sandi atau mata-mata musuh. Ia lalu dihadapkan pada Raja untuk diusut, akhirnya diketahui bahwa dia adalah Senopati dari Mataram yang sedang berlayar menuju Ampenan Lombok. Namun perahu yang ditumpanginya diserang badai dahsyat yang membuat Senopati Mataram terdampar di Pantai Selatan Desa Tuban. Beliau bernama Pangeran Mas Raden Ngabei Sosrodiningrat, sedangkan para pengiring atau punggawanya sebanyak 11 orang tiada kabar beritanya. Setelah diketahui bahwa tawanan tersebut adalah seorang Senopati dari Mataram, maka Raja Pamecutan meminta kesediaannya untuk memimpin prajurit yang sedang berperang. Raja Pamecutan menjanjikan, apabila perang telah usai dan kemenangan diraihnya, maka Pangeran Sosrodiningrat akan diambil menantu oleh raja. Akhirnya Pangeran Sosrodiningrat bersedia membantu untuk memperkuat pasukan yang ada di medan perang tanpa memikirkan janji Raja, bahkan yang dipikirkan apakah mungkin dapat menikah dengan Putri Raja yang beragama Hindu sedangkan dirinya beragama Islam.

Setelah perang tersebut dimenangkan Pasukan Kerajaan Pamecutan, maka Pangeran Sosrodiningrat menikah dengan Dewi Khodijah. Dewi Khodijah setelah dipersunting oleh Senopati Mataram mulai memeluk Islam dan bersungguh-sungguh menekuni dan melaksanakan Ajarannya. Namun, setelah beberapa tahun musibah datang menimpanya. Pada suatu malam yang gelap, sewaktu Dewi Khodijah mengerjakan Sholat Malam dikamar yang pintunya terbuka, secara tidak sengaja terlihat oleh punggawa raja yang sedang berjaga dan terdengar suara Allahu Akbar. Namun yang di dengar Punggawa adalah Makeber, bahasa Bali berarti ; terbang. Setelah sang Punggawa memperhatikan mengenai semua gerakan sholat yang dilakukan oleh Dewi Khodijah yang dinilai oleh punggawa sebagai pekerjaan Leak (orang jadi-jadian yang berbuat jahat), maka dia langsung menghadap Raja untuk melaporkan keberadaan Leak di Kamar Keputren. Raja akhirnya memerintahkan beberapa Punggawa untuk mendatanginya. Saat melihat Dewi Khodijah sedang Sujud, tanpa memikirkan resiko para punggawa menyerbu dengan senjata terhunus dan dihujamkan ke punggung Dewi Khodijah. Darah segar tersembur keatas dari punggung Dewi Khodijah yang terkena ujung tombak. Bersamaan dengan itu, terjadi keanehan yang luar biasa, darah segar Dewi Khodijiah yang keluar dari punggungnya mengeluarkan cahaya terang kebiru-biruan dan dapat menembus dinding atap atas hingga keluar memenuhi udara memancarkan sinar yang menerangi Istana Pamecutan. Bahkan seluruh kota Denpasar menjadi terang-benderang seperti siang hari, semua penduduk terutama keluarga istana, sangat terkejut, termasuk Raja Pamecutan. Setelah diteliti sumber cahaya dan bersamaan dengan itu para Punggawa melaporkan bahwa yang dibunuh bukan Leak tapi orang biasa dan mengeluarkan darah. Saat itu terdengar jeritan dengan ucapan ; makebar makebar, makebar hingga tiga kali, asli ucapan adalah ALLAHU AKBAR hingga tiga kali. Jenazah Dewi Khodijah yang tertelungkup dengan tombak terhujam dipunggungnya sulit diangkat dan dibujurkan, tubuhnya bermandikan darah yang sudah membeku. Keluarga Kerajaan yang ingin menolong mengangkatnya tidak dapat berbuat apa-apa. Jenazahnya tetap sujud tidak berubah, baginda mencari bantuan kepada umat Islam yang ada disana agar mau merawat jenazah putrinya menurut cara Islam. Kemudian umat Islam tersebut segera membantu merawat jenazah, mulai dari memandikan, mengkafani, mensholati sampai memakamkannya dan semuanya berjalan lancar. Namun satu hal yang tak dapat diatasi yaitu batang tombak yang menghujam dipunggungnya tidak dapat dicabut, akhirnya atas keputusan semua pihak jenazah dimakamkan bersama tombak yang masih berada dipunggungnya. Dan anehnya batang tombak yang terbuat dari kayu itu bersemi dan hidup sampai sekarang. Hal tersebut dapat dibuktikan apabila berkunjung dimakam Dewi Khodijah.


IV - Keramat di Bukit Bedugul (Habib Umar bin Yusuf al Maghribi)
Makam ini letaknya di kabupaten Tabanan Bali. Makam ini hanya berwujud empat batu nisan untuk dua makam yaitu makamnya Habib Umar dan pengikutnya yang luasnya 4x4 M.

V - Keramat Kusumba, Kelungkung (Habib Ali bin Abu Bakar Al Hamid)
Makam ini terletak di tepi pantai Desa Kusamba Kec. Dawah Kab Kelungkung Bali. Makam ini sangat dikeramatkan oleh penduduk setempat, baik Umat Islam maupun Hindu. Habib Ali Bin Abu Bakar Al Hamid, sewaktu hidupnya bekerja sebagai guru besar Raja Kelungkung pada masa Pemerintahan Dhalem I Dewa Agung Jambe. Waktu itu beliau diberi seekor kuda untuk kendaraan pulang pergi antara Kusamba dan Kelungkung. Pada suatu hari sewaktu Habib Ali pulang dari Kelungkung sesampainya di pantai Desa Kusamba, beliau diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal dengan senjata tajam secara bertubi-tubi. Habib Ali yang masih berada di atas kudanya tewas tersungkur di tanah bermandikan darah. Akhirnya jenazah Habib Ali dimakamkan ditempat itu juga. Pada malam hari setelah pembunuhan tersebut, terjadi peristiwa yang sangat menggemparkan. Di atas makam Habib Ali Al Hamid, mengeluarkan api yang berkobar-kobar membumbung ke angkasa, semburan api tersebut bergulung-gulung bagaikan bola api terbang untuk mengejar sang pembunuh. Dimana mereka bersembunyi kobaran api terus mengejarnya, sampai dapat membakar mereka satu persatu, tak satu orangpun dari pembunuhnya yang tersisa. Adapun silsilah dari Habib Ali adalah : Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar bin Salim bin Hamid bin Aqil bin Muthohar bin Umar bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman As saqof bin Ali bin Alwi bin Kholaq Qosam bin Muhammad Shohibil Mirbath bin Ali bin Muhammad Faqih Al Muqodam bin Abdullah bin Ahmad bin Isa al Bashori bin Muhammad al Muhajir bin Muhammad Naqib bin Ali Al Aridlhi bin Ja’far Shodiq bin M. Bakir bin Ali Zaenal Abidin bin Husain bin Ali Kwj suami Fatimah Az-Zahro’ binti Rasulullah Saw.


VI - Keramat Kembar Karang Asem (Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi dan Ali bin Zaenal Abidin Al Idrus)

Makam Keramat Kembar Karang Asem terletak di desa Bungaya, Kec. Bebandem kab. Karangasem Bali. Adapun tentang Karomahnya Syeh Maulana Yusuf , yaitu pada tahun 1963 M, sewaktu Gunung Agung meletus mengeluarkan lahar panas menyemburkan batu besar dan kecil serta abu yang menyembur ke atas menjulang tinggi diangkasa menyebar diseluruh Pulau Bali, bahkan sampai di Jawa Timur. Cuaca menjadi gelap gulita, siang hari berubah menjadi malam pekat, lampu sorot mobil yang terang biasa digunakan memandang jarak jauh tidak dapat menembus turunnya hujan abu. Padahal Gunung Agung letaknya di Daerah Karangasem ujung paling timur Pulau Bali. Ini menunjukkan betapa hebat dan dahsyatnya letusan dan semburan yang dimuntahkan oleh Gunung Agung. Sebagian desa porak poranda, banyak rumah roboh, pohon-pohon besar banyak yang tumbang, hujan pasir dan batu kerikil telah menggenangi pulau Bali . Namun, ada yang unik, Makam Syeh Maluana Yusuf Al Baghdi yang di atasnya tertumpuk susunan batu merah yang ditata begitu saja tidak diperkuat dengan semen pasir dan kapur tidak berubah sedikitpun, bahkan tidak sebutir pasirpun yang mampu menyentuhnya.


VII - Keramat Karang Rupit (syeikh Abdul Qodir Muhammad)
Makam Keramat Karang Rupit letaknya di desa Temukus (Labuan Aji) kec.Banjar Kab. Bulelang, Singa Raja Bali . Nama yang dimakamkan adalah syeikh Abdul Qodir Muhammad. Ini sebenarnya hanya gelar, adapun nama aslinya adalah The Kwan Lie, singkatan dari The Kwan Pao Lie, kemudian masyhur dengan gelar syeikh Abdul Qodir Muhammad karena kesalehan dan kebaikan perilaku beliau ra. Demikianlah sejarah Sab’atul Auliya’ di Bali yang diharapkan membawa manfa’at buat kita semua. Keterangan ini disarikan dari buku sejarah wujudnya Makam Saba’tul Auliya’ karangan Toyib Zein Arifin.




Majlis Qasidah Burdah


You are invited to this blessed Majlis Qasidah Burdah lead by Habib Hassan al Kaf on 26 Dec 2009, Saturday at Multi Purpose Hall, Sultan Mosque after Solat Isya'. All are welcome.

Biography

Habib Hassan al Kaff was born in Surakarta, Solo. At young age he had already studied in various pesantren in Java.In the year 1996, he traveled to Hadramawt, Yemen to continue his study at Darul Mustafa under the guidance of Habib Umar bin Hafiz. He studied for 6 years. During his studies in Darul Mustafa, Habib Umar the principal of the school instructed Habib Hassan to lead the Burdah session every monday. He lead Burdah until he completed his studies. Alhamdulilah, when he came back he started teaching at Darul Mustafa, Solo run by Habib Sholeh al Jufri then he continue to teach at various tradtional school in Central Java. In 2006, he decided to migrate to East Java, Malang to continue his teaching and dakwah till today.

Beside teaching and propogating peace and the love of Prophet Muhammad s.a.w Habib Hassan is also well known for being a munshid. He will always read Qasidah including Burdah and Mawlid at many events including at Masjid Riyadh, Solo together with the late Habib Anis bin Alwi al Habsyi. His beautiful voice caught many attention throughout the world especially from his Burdah CD. Although, hes no longer in Solo, he still continue to sing Qasidah, Burdah and Mawlid at any occassion whenever hes being invited for the event. Recently, he released his Qasidah album on DVD. Its a Qasidah music video. Its one of the best selling DVD at the moment. InshaAllah we will be able to experience his serenity voice when he will be here in 26 December 2009.

p/s: Burdah CD which is one of the best selling CDs in 2009 which is read by Habib Hassan al Kaff are still available at Wardah books and Manzil Mustafa.


Saturday, November 21, 2009

Reviving the spirit

Hi everyone, I would like to apologize, there is no update news, information or writing on this blog. Perhaps, I'm too busy with the hectic schdule dealing with the events, Sout Ilaahi CDs productions and sales. I am planning to do a new publishing co in the near future. After learning the art of failure in the past, I would probably realize the wisdom of each seconds of our life is depend on our certainty. This is what I lack the most, certainty. But I have to continue this life, with a new hope and having faith in Allah, everything you do is for him, so whatever happen, its him who decide whats going to happen. Allah will test us through the things that we love, our family, our friends and even the things that we love to do each day in our lives like organizing event, running production co and many more. We claim we do it for Allah and the love for HIm. Hence, hes putting obstacles along the way not to test but to build the sincerity and patience for us. If the Beloved Prophet s.a.w. endured several trials during his lifetime, what about us then?

I am planning to revive this blog. I didnt know this blog is been read and browse by various readers around the world. I had been recieving many emails from those regular reader of the blog who have been asking whats happening to the blog, why is there no update for so long. I am thankful to Allah swt and his Beloved Prophet s.a.w for this nikmah which I am able to share this limited knowledge and information to the people around the world. Please remember me in your doa. Thanks, may Allah bless you.

Thursday, July 30, 2009

The Aspirant Unplugged Session: Music for Souls with Debu


Majlis Riyadhul Muhibbin Singapore & Sout Ilaahi

Present

The Aspirant Unplugged Session: Music for Souls with Debu


One Night with DEBU! @ $27 and get their latest ALBUM and Book Free in Singapore. Limited tickets available..

Its an event night fill with aspirant and spiritual poetry session and sacred music which will tranquilized the hearts and souls longing for the Divine. Liberate your souls and overcome the heartache and stress through music and devotions.

Other Performers:
Madihul Mustafa

Poetry Session
Khairool Haque
Ameera Begum Aslam


Date: 8th August, Saturday
Venue:Al wehdah, No 11 Geylang Lorong 37,Singapore
(opposite wak tanjong madrasah)

Bus:51, 7, 2, 21
Mrt nearest: Paya lebar

Tickets are available at Wardahbooks and online purchase is at www.islamicevents.sg

For more details and enquiries go to www.soutilaahi or call 62971232


Video of Debu:
http://www.youtube.com/watch?v=OgywX_GXmLg
http://www.youtube.com/watch?v=46gx7mniA-c&feature=related
http://www.youtube.com/watch?v=Q4A78moafNk&feature=related

Band history:
In the spring of 2001, after living in Indonesia for almost two years in southern Sulawesi, the members of DEBU moved to Jakarta. They began practicing music and experimenting with different instruments, drum rhythms and vocals.

The impetus for this development was the members' experience while teaching at an Indonesian university in Makassar. They sang with the students as recreation and motivation, adding excitement and enthusiasm to the students' daily routine. The response and receptiveness by students, fellow teachers and the surrounding community was overwhelming.

The group began in earnest studying and writing music, and learning and practicing an eclectic ensemble of instruments. Mustafa, at 20 years old, became one of the composers, main arranger and lead vocalist for the group. Thus, the 18 member group DEBU was born.

In April 2001, DEBU began performing by invitation around the greater Jakarta area. Two years later, in April 2003, after countless performances in a variety of settings (from intimate gatherings to corporate galas), and many television appearances (including two award winning special TV series dedicated to DEBU�s music), the group's first album was released in Indonesia. Entitled Mabuk Cinta (Drunk with Love), it is a ten-song Indonesian and Arabic album.

Mabuk Cinta was subsequently released the US and Malaysia in November 2003. Television exposure of the video of DEBU's first single "Cinta Saja" (Just Love), and radio play of this hit, helped the group and the album gain national attention in Indonesia and Malaysia.

The second album, Makin Mabuk (Even More Drunk), was released in September 2004 and quickly followed the success of the first album.

In the summer 2006, DEBU finished recording two albums, Nyawa dan Cinta (The Soul and Love) and a yet to be release Turkish album. Nyawa dan Cinta follows Makin Mabuk two years after its release. In this two year period, DEBU worked on many recording projects but the groups main focus was designing and completing their own recording studio. The new studio gave Mustafa and the members of DEBU much more creative freedom to experiment and perfect the recording craft.

DEBU regularly performs in Indonesia. DEBU has songs in many languages and now seeks to broaden its audiences and spread its universal message. DEBU continues, in and out of the studio, to work on existing and new material for upcoming multilingual releases.

Wednesday, July 1, 2009

Memahami Ibadah Ibadah Islam


Memahami Ibadah Ibadah Islam

Adakah tawasul itu dibenarkan dalam Islam? Apakah ziyarah maqam itu shirik? Apakah rabitah itu shirik? Mana yang lebih penting Maqam Rasulluah saw atau Ka'abah? Apa hukum sesorang muslim memakai taweez? Apakah muzik itu haram? Bagaimana dengan hukum bagi muslim yang menurun? dan banyak lagi soalan berkenaan tentang akidah, tauhid, fiqh dan tassawuf.

Insha'Allah, di dalam sesi ini, Sheykh Rohimuddin, seorang guru agama dan ulama tassawuf, akan mengupas kitab tulisan oleh Shaykh Ali Jumaah, mufti Negara Mesir dan juga menjawab soalan soalan yang termuka di atas ini.

Tarikh: 10 & 11 Ogos (Isnin & Selasa)

Waktu: Isnin dari Jam 2ptg hingga 6ptg

(Selasa - 8mlm hingga 10mlm)

Yuran:$10 untuk 2 sesi di dalam 2 hari

Tempat: Madrasah Khairiyah (155 still road)

Sila daftarkan nama dan bayar yuran di Wardah Books 58 Bussorah Street, Singapore 199474


Untuk informasi yang lanjut boleh menghubungi wardah books - 62971232, saudara Khalid - 90687106 dan Saudara Muhsin - 91380014

Penganjur: Majlis Riyadhul Muhibbin Singapore

Insha'Allah kitab Ibadah Ibadah tulisan Shaykh Ali Jumaah akan di jual di hari yang sama pengajian. Harga hanya$15.00. terima kasih

Biografi Shaykh Rohimuddin

Sheykh Rohimuddin Nawawi Al-Banten adalah seorang tokoh ulama’ kontemporari Indonesia di dalam mazhab Shafi’i, yang terkenal di Malaysia dan Indonesia. Beliau lahir pada tahun 1965 di Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Almarhum ayahnya ialah K.H. Nawawi Jahari, murshid kepada Tariqah Al Qadriyah. Beliau juga merupakan cucu saudara kepada Almarhum Sheykh Nawawi Al-Banten, seorang ulama’ Shafii terkemuka di Mekah yang pernah mengajar di Masjidil Haram antara tahun 1860 hingga 1870. Kini, beliau seorang khalifah (muqaddam) kepada Sheykh Sidi Yusuf Muhyiddien al-Hasani dalam Tariqah As-Shadhuliyah Ad-Darqawiyah Al-’Alawiyah.Di samping itu, beliau juga di antara tenaga pengajar utama di Mahad Az-Zain di Bogor, Indonesia pimpinan Sheykh Muhammad Nuruddin al-Banjari.

Sheykh Rohimuddin Nawawi Al-Banten mendapat pendidikan menara gading di Universiti Syarif Hidayatullah, Jakarta, Universiti Al-Azhar, Cairo, Universiti Cairo dan Ist. Liga Arab dalam Fakultas Adab, Bahasa & Sastera Arab. Kini, beliau serta keluarga bermastautin di Cairo, Mesir dan sering berulang-alik ke pesantren beliau iaitu, Pesantren Al-Jahariyah, Bekasi, Jawa Barat. Antara guru-guru beliau adalah Almarhum Sheykh Gad al-Haq Ali Gad Al Haq, Syeikh Al Azhar, Sheikh Umar Hasyim (mantan rektor Al-Azhar), Dr Sa’ad Sa’ad Jawis (Muhaddis), Almarhum Sheykh Abdullah Mohammad Al-Hasani (Mursyd Thariqah Qadiriyah) dan Sheykh Dr Ali Jumah.

Beliau juga adalah antara tenaga pengajar merangkap pengetua/pengasuh di Dar al-Hasani di Cairo Mesir. Di samping itu, beliau juga giat memberi ta’lim kepada anak-anak Malaysia dan Indonesia yang menuntut di Mesir, di rumah-rumah dan di tempat-tempat organisasi mereka. Beliau juga sering menjadi tenaga pengajar jemputan/kehormatan di pelbagai pesantren dan organisasi. Beliau banyak menulis kitab yang telah di terjemahkan di dalam bahasa seperti Memahi Tassawuf, Geloka Cinta, Di ambang perkahwinan

Wednesday, May 6, 2009

Bengkel 'Perjalanan Menuju Ihsan, Membina Umat Cemerlang'


Bengkel 'Perjalanan Menuju Ihsan, Membina Umat Cemerlang'
Mengenal Ihsan untuk ketenangan Hati dan jiwa
Penyebaran Islam melalui tassawuf


Tarikh: Ahad, 10hb Mei 2009


Waktu:2ptg - 6ptg

Yuran:$30 (termasuk buku 'Memahami Tassawuf yang Shahih' dikarang oleh Shaykh Rohimuddin, jamuan ringan dan alat tulis)


Sila daftarkan nama dan bayar yuran di Wardah Books 58 Bussorah Street, Singapore 199474 . Buka dari jam 9 pagi hingga 9 malam, hari Isnin hingga sabtu, tel no 6297 1232


Untuk informasi selanjutnya, sila hubungi Muhsin - 91380014 atau khalid 90687106


Tempat: Masjid Sultan, Bilik Darjah 1


Tempat Terhad: 70 orang sahaja

cara pembayaran :cash, nets, visa dan master

2ptg- Pengertian Ihsan

3ptg- Kedudukan dan sejarah Tassawuf di dalam islam

4ptg-4.45ptg- Solat Asr dan jamuan ringan

4.45ptg- 6ptg- penyakit penyakit hati & Masyarakat cermerlang


Di dalam bengkel ini, Sheykh Rohimuddin, seorang guru dan ulama tassawuf, akan menyentuh tentang pengertian ihsan dan kerohanian dengan lebih terperinci . Beliau juga akan menyentuh bagaimana ilmu ini dapat menyucikan jiwa dari penyakit-penyakit hati. Dari ilmu ini, kita dapat membina masyarakat islam yang cemerlang. Para perserta akan berpeluang menyertai sesi soal jawab bersama beliau di akhir bengekel ini.

Biography Shaykh Rohimuddin

Sheykh Rohimuddin Nawawi Al-Banten adalah seorang tokoh ulama’ kontemporari Indonesia di dalam mazhab Shafi’i, yang terkenal di Malaysia dan Indonesia. Beliau lahir pada tahun 1965 di Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Almarhum ayahnya ialah K.H. Nawawi Jahari, murshid kepada Tariqah Al Qadriyah. Beliau juga merupakan cucu saudara kepada Almarhum Sheykh Nawawi Al-Banten, seorang ulama’ Shafii terkemuka di Mekah yang pernah mengajar di Masjidil Haram antara tahun 1860 hingga 1870. Kini, beliau seorang khalifah (muqaddam) kepada Sheykh Sidi Yusuf Muhyiddien al-Hasani dalam Tariqah As-Shadhuliyah Ad-Darqawiyah Al-’Alawiyah.Di samping itu, beliau juga di antara tenaga pengajar utama di Mahad Az-Zain di Bogor, Indonesia pimpinan Sheykh Muhammad Nuruddin al-Banjari.

Sheykh Rohimuddin Nawawi Al-Banten mendapat pendidikan menara gading di Universiti Syarif Hidayatullah, Jakarta, Universiti Al-Azhar, Cairo, Universiti Cairo dan Ist. Liga Arab dalam Fakultas Adab, Bahasa & Sastera Arab. Kini, beliau serta keluarga bermastautin di Cairo, Mesir dan sering berulang-alik ke pesantren beliau iaitu, Pesantren Al-Jahariyah, Bekasi, Jawa Barat. Antara guru-guru beliau adalah Almarhum Sheykh Gad al-Haq Ali Gad Al Haq, Syeikh Al Azhar, Sheikh Umar Hasyim (mantan rektor Al-Azhar), Dr Sa’ad Sa’ad Jawis (Muhaddis), Almarhum Sheykh Abdullah Mohammad Al-Hasani (Mursyd Thariqah Qadiriyah) dan Sheykh Dr Ali Jumah.

Beliau juga adalah antara tenaga pengajar merangkap pengetua/pengasuh di Dar al-Hasani di Cairo Mesir. Di samping itu, beliau juga giat memberi ta’lim kepada anak-anak Malaysia dan Indonesia yang menuntut di Mesir, di rumah-rumah dan di tempat-tempat organisasi mereka. Beliau juga sering menjadi tenaga pengajar jemputan/kehormatan di pelbagai pesantren dan organisasi. Beliau banyak menulis kitab yang telah di terjemahkan di dalam bahasa seperti Memahi Tassawuf, Geloka Cinta, Di ambang perkahwinan dan banyak lagi.

Sunday, February 8, 2009

Meat Distribution



After korban its time to distribute the meat especially to the poor and orphans.

working together

handling money

shaykh Jamhuri handing over the korban money to the Owner of the Cow.

Name list of those who korban in Aceh




This is the name list of those who participated in the korban

Korban in Aceh


This is the Korban at Aceh which we organized in the last Eid Adha handled by Shaykh Jamhuri.